Penerapan Pemikiran Ki Hajar Dewantara melalui Pembelajaran Story Telling (aktif, kreatif, berkomunikasi efektif, berpikir kritis dan menyenangkan) Dongeng “5 Blind Men and an Elephant” di kelas IXB SMP PGRI 7 Wanreja Kab. Cilacap

1.1.a.10. Aksi Nyata - Penerapan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara di Kelas dan Sekolah Guru Penggerak

oleh Fery Setyawan Saputra, S.Pd (SMP PGRI 7 Wanareja) CGP Kabupaten Cilacap Angkatan 4


A.   Latar Belakang

Bahasa Inggris adalah bahasa Asing paling populer di Internet, bahasa nomor satu untuk komunikasi elektronik di dunia dan digunakan lebih dari 1,268 milyar penduduk dunia (Ethnologue: Languages of the World, 2020). Bahasa Inggris adalah alat penggerak jaringan komunikasi seluruh dunia. Kemampuan berbicara Kemampuan berbahasa Inggris dapat memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dengan penduduk dari seluruh dunia, serta memberikan kesempatan untuk mampu berkompetisi di segala bidang.

Pembelajaran bahasa Inggris memiliki peran penting untuk membina kemampuan berkomunikasi efektif menggunakan bahasa Internasional dan penguasaan ilmu pengetahuan di dunia. Guru berperan membantu upaya optimalisasi pembelajaran siswa aktif dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bisa meningkatkan aktifitas dan kreatifitas siswa sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Metode pembelajaran bahasa Inggris yang biasa digunakan lebih menekan pada teoritis dari pada praktis. Dalam pembelajaran siswa sekedar paham grammar, membaca teks dan menjawab pertanyaan, sedangkan keterampilan bebicara memiliki porsi yang sedikit. Disamping itu, motivasi belajar peserta didik untuk belajar bahasa Inggris masih perlu ditingkatkan. Ada anggapan bahwa bahasa Inggris itu sulit, karena tata bahasa dan pengucapannya berbeda dengan bahasa Indonesia.

Guru bahasa Inggris dapat mulai menggunakan metode pembelajaran Storytelling. Storytelling adalah kegiatan mendongeng, yang juga merupakan kemampuan untuk menceritakan sebuah kisah, pengaturan adegan, event, dan juga dialog. Storytelling merupakan strategi yang baik untuk diterapkan pada siswa pemula dalam pembelajaran bahasa Inggris. Guru bisa menggunakan gambar sebagai media dan outline sebuah cerita untuk meningkatkan perhatian siswa dan mempermudah memperoleh informasi.

Storytelling tidak hanya memberikan model dari komunikasi lisan yang efektif dalam mengembangkan keterampilan bahasa lisan, tetapi juga secara aktif melatih dan mengembangkan semua keterampilan berbahasa. Storytelling lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbicara dengan situasi pembelajaran yang menyenangkan. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif yang bersifat terpadu. Siswa diajak untuk menyampaikan cerita secara lisan untuk mengembangkan kosakata, berkomunikasi efektif, dan berpikir kritis dalam suasana belajar yag menyenangkan.

B.   Tujuan

1.    Untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.    Untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menyampaikan ide.

3.    Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi efektif siswa dalam berbahasa Inggris

4.    Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah yang dihadapi.

5.    Untuk mewujudkan pembelajaran menyenangkan dan berpihak pada murid.

6.    Untuk mewujudkan merdeka belajar.

 C.   Deskripsi Aksi Nyata

Pada kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris hari Rabu, 3 November 2021 kelas IXB di SMP PGRI 7 Wanareja kami membahas tentang sebuah dongeng tentang 5 anak buta dan seekor gajah yang berjudul “5 Blind Men and an Elephant Story telling saya pilih karena metode ini tepat digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif, meningkatkan kreativitas siswa dalam menyampaikan ide, meningkatkan kemampuan berkomunikasi efektif siswa dalam berbahasa Inggris, meningkatkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah yang dihadapi, dan  mewujudkan pembelajaran menyenangkan dan berpihak pada murid dalam susasana belajar yang menyenangkan.

Sebelum kegiatan pembelajaran, guru menuliskan 7 kata dalam masing-masing kertas kosong; zoo (kebun binatang), elephant (gajah), trunk (belalai), ear (telinga), leg (kaki), body (badan), dan tail (ekor).  Kemudian guru menawarkan kesepakatan kepada siswa apakah mereka setuju apabila guru bercerita, apakah mereka mau menyimak cerita dengan seksama, apakah mau membantu bercerita, apakah mau bekerja sendiri atau berkelompok, apakah mau menyimpulkan cerita, apakah mau menuliskan pesan moral dari cerita tersebut. Guru meminta 6 orang siswa untuk berperan sebagai gajah dan 5 orang buta yang menyentuh belalai, telinga, kaki, badan dan ekor gajah. Guru mengarahkan siswa untuk ikut membantu menyampaikan jalannya cerita dan siswa sangat antusias, bergembira dan bersemangat.

Setelah menyampaikan sekaligus menyimak jalannya cerita, siswa berdiskusi untuk menyimpulkan cerita dalam bentuk gambar dan menyepakati nilai moral cerita tersebut. Di akhir kegiatan, setiap kelompok mempresentasikan gagasan mereka di depan kelas tentang ringkasan cerita dan pesan moral dari cerita tersebut. Kegiatan ini melatih siswa untuk berkolaborasi, berpikir kritis dan berkomunikasi efektif.

D.   Hasil Aksi Nyata

1.    Guru dan siswa berhasil menggunakan metode story telling dengan mellibatkan siswa secara aktif.

2.    Siswa mampu berkolaborasi dalam menyelesaikan tugas tertentu.

3.    Siswa mampu menyampaikan kreativitas dan ide melalui gambar, tulisan dan lisan.

4.    Siswa mampu berkomunikasi efektif dalam bahasa Inggris dengan bercerita singkat sederhana dan presentasi kelompok.

5.    Siswa mampu berpikir kritis dengan menganalisa pesan moral yang terdapat dalam cerita.

6.    Guru mampu memberikan kegiatan pembelajaran menyenangkan dan berperan sebagai among (fasilitator)

7.    Guru mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat langsung sebagai subyek dalam kegiatan pembelajaran

E.   Refleksi Aksi Nyata

Pelaksanaan aksi nyata ini meningkatkan kesadaran bagi saya sebagai guru dalam peran saya sebagai among (fasilitator) dalam kegiatan pembbelajaran yang menghamba (berpihak) pada siswa dalam suasana kekeluargaan (menyenangkan) dan gotong royong (berkolaborasi) sehingga siswa merdeka jiwa dan tenaganya (bebas menyampaikan ide dan gagasan dalam tuntunan dan arahan guru).

Kendala yang dialami selama pelaksanaan aksi nyata ini adalah masih ada beberapa siswa yang masih membutuhkan motivasi untuk berdiskusi, memberanikan diri berbicara dalam bahasa Inggris, atau sering menggunakan waktu untuk hal lain. Kosakata dan pengucapan menjadi kendala dalam berbicara yang membutuhkan banyak latihan baik di kelas, di rumah maupun di lingkungan.

F.    Rencana Perbaikan di Masa yang Akan Datang

1.    Hal-hal yang sudah baik telah dilakukan selama pelaksanaan aksi nyata ini akan terus dipertahankan untuk dilaksanakan secara berkelanjutan dan konsisten.

2.    Guru akan memperbaiki media pembelajaran dengan gambar, presentasi atau video untuk meningkatkan minat siswa.

3.    Guru akan mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan hasilnya dalam bentuk video.

G.   Dokumentasi Kegiatan

Siswa bermain peran sebagai 5 orang buta dan seekor gajah

 
Siswa berdiskusi membuat kesimpulan cerita dalam bentuk gambar dan menentukan pesan moral.

Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok.

Hasil karya tiap kelompok.

Previous
Next Post »